Garam memang bisa mengatasi masalah kesehatan ikan, namun bukan solusi untuk itu....
Penggunaan garam pada pengobatan ikan yang sakit
dan pada proses karantina ikan Koi baru, sudah menjadi hal yang lumrah
dikalangan hobies. Dan garam sudah dianggap sebagai "obat dewa", yang
bisa menyembuhkan segala penyakit, dan obat panjang umur. Tidak bisa
dipungkiri, memang demikianlah adanya. Namun yang menjadi pertanyaan
adalah, apakah benar semuanya menjadi selesai dengan itu?Penyebab penyakit ikan dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan, yakni parasit, bakteri, virus dan racun. Apakah semua penyebab penyakit ini dapat dibasmi dengan garam? Jawabannya pun, bisa kita kelompokkan menjadi beberapa kelompok jawaban, yakni:
YA, untuk sebagian parasit, namun tidak untuk untuk jenis bakteri dan virus tertentu (misalkan KVH).
YA, untuk sebagian bakteri dan sebagian kecil virus, namun tidak membasmi, hanya meredam (menurunkan kinerja/menonaktifkan).
TIDAK, karena sifatnya hanya "menidurkan/menonaktifkan", sehingga tinggal menunggu waktu kapan akan muncul kembali.
TIDAK, tiap jenis sumber penyakit mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap nilai salinitas tertentu.
YA, pada kadar salinitas ekstrim (sangat tinggi), apa ikan yang dikarantina juga tidak ikut "terbasmi"?
Seandainya saja kita anggap atau kita asumsikan garam dapat mengatasi, apakah urusan/masalahnya jadi selesai? Mungkin masalah sakit/penyakit dapat selesai (misalkan kita anggap/asumsikan saja selesai), namun masalah lainnya sudah menanti, tinggal menunggu waktu. Masalah apa itu?
Pada proses karantina ikan baru, atau pada proses karantina sakit pada kolam/bak karantina, dengan penggunaan garam sebagai treatment, bertujuan untuk membuat air memiliki kadar garam tertentu (meningkatkan kadar salinitas), dengan tujuan untuk membasmi sumber penyakit. Namun seperti telah dijelaskan di atas, tidaklah bisa demikian adanya. Karena sesungguhnya, masalah-masalah berikutnya sudah menanti kita, yaitu antara lain:
Tinggal menunggu waktu bahwa sumber penyakit akan muncul kembali, karena seperti yang telah disebutkan sebelumnya, garam hanya bersifat menonaktifkan, jadi tujuan karantina untuk mensterilkan sumber penyakit menjadi gagal, dalam artian proses karantina gagal. Sebab pada saat sumber penyakit aktif kembali, hal itu cukup membahayakan penghuni kolam/akuarium lama.
Setelah proses karantina selesai, tentunya ikan akan dikembalikan pada kolam/akuarium, fakta yang ada ialah, terjadi perbedaan tingkat salinitas yang tinggi antara tempat karantina dan kolam/akuarium, sehingga rawan menimbulkan stres terhadap ikan, yang rawan menimbulkan masalah lain, misalkan keindahan pada ikan hias, atau produktivitas pada ikan konsumsi, ikan melompat keluar, dan lain-lain, sehingga menyebabkan kerugian.
Terutama pada ikan yang rentan stres seperti ikan Koi, dapat mengakibatkan trauma yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada kualitas warna, dan atau pola warna, terutama pada jenis Doitsu dan Hikari.
Bagaimana dengan pengobatan pada wadah utama (kolam, akuarium, empang, dan lainnya)?
Seringkali kita mendengar istilah "bom garam" (tindakan memberikan garam dalam jumlah tertentu yang cukup banyak, dengan tujuan membuat kondisi salinitas tertentu), apa dampak negatifnya?
Selain hal-hal yang sudah disebutkan pada proses karantina, yang cukup membahayakan adalah ukuran tingkat salinitas pada kolam, terutama pada kolam outdoor, yang seiring dengan terjadinya penguapan air maka otomatis kadar salinitas pun akan merangkak naik juga. Pada kondisi nilai tertentu, apabila kadar salinitas melebihi batas ketahanan maksimal ikan, maka akan menyebabkan terjadinya kematian massal pada ikan, terutama bagi yang tidak memiliki alat ukur parameter air, hal ini cukup merepotkan.
Meski kondisi salinitas belum mencapai titik maksimal ketahanan ikan, namun apabila ada penambahan penghuni baru, kondisi itu akan menjadi masalah tersendiri bagi pendatang baru tersebut, karena adanya perbedaan kondisi salinitas yang besar dari tempat asalnya, walaupun kondisi salinitas itu tidak menjadi masalah pada penghuni lama, yang memang sudah dapat menyesuaikan diri (adaptasi) dengan kondisi yang ada.
Yang seringkali kita abaikan adalah dampak samping dari tindakan tersebut, yaitu pengaruhnya terhadap peralatan dan perlengkapan kolam, yang bisa saja hanya tahan terhadap kondisi salinitas tertentu, sehingga dapat menurunkan kinerja dan usia pakai peralatan tersebut.
Penggunaan garam haruslah dilakukan secara bijak, misalkan saja untuk pertolongan pertama pada saat persedian obat ikan kita sedang kosong. Namun, itupun memerlukan penyesuaian pada saat pemakaian obat ataupun penyesuaian air.
Dan kita seringkali hanya menghitung dari segi biaya jangka pendek, yang memang lebih murah. Namun sebenarnya, pada perhitungan jangka panjangnya, biaya yang di timbulkan justru lebih besar. Penggunaan obat-obatan ikan jelas lebih efektif, karena memang telah dirancang khusus untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut, yaitu dengan menghilangkan dampak-dampak negatifnya. Namun pada akhirnya, penggunaan garam ataupun obat ikan, berpulang kepada pemikiran individu masing-masing, dan dengan sudut pandang yang berbeda-beda pula, jangka pendek atau jangka panjang, sekedar murah atau efisiensi dan efektivitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar