CARA PEMBENIHAN IKAN GURAMI
Ikan gurami
adalah salah satu komoditas yang banyak dikembangkan oleh para petani
hal ini dikarenakan permintaan pasar cukup tinggi, pemeliharaan mudah
serta harga yang relatif stabil.
1. SISTEMATIKA
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Subordo : Belontiidae
Famili : Osphronemidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gouramy, Lac.
Secara
morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak
terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah. Sirip
ekor membulat. Jari-jari lemah pertama sirip perut merupakan benang
panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Tinggi badan 2,0-2,1 kali
dari panjang standar. Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak
berwarna hitam berjumlah 8 sampai dengan 10 buah dan pada daerah pangkal
ekor terdapat titik hitam bulat.
3. PEMBENIHAN
a. Pemijahan
Ikan
gurami dapat memijah sepanjang tahun, walaupun produktifitasnya lebih
tinggi terutama pada musim kemarau. Adapun hal yang perlu diperhatikan
untuk pemijahan ini adalah padat tebar induk, tata letak sarang, panen
telur dan kualitas air media pemijahan. Betina dicirikan dari bentuk
kepala dan rahang serta adanya bintik hitam pada kelopak sirip. Induk
jantan ditandai dengan adanya benjolan di kepala bagian atas, rahang
bawah yang tebal terutama pada saat musim pemijahan dan tidak adanya
bintik hitam pada kelopak sirip dada. Sedangkan induk betina ditandai
dengan bentuk kepala bagian atas datar, rahang bawah tipis dan adanya
bintik hitam pada kelopak sirip dada.
Padat tebar induk adalah 1 ekor/5 m2
dengan perbandingan jumlah jantan:betina adalah 1:3-4. Penebaran induk
di kolam pemijahan dapat dilakukan secara berpasangan (sesuai
perbandingan) pada kolam yang disekat ataupun secara komunal (satu kolam
diisi beberapa pasangan). Induk betina dapat memproduksi telur 1 500
sampai dengan 2 500 butir/kg induk.
Sarang
diletakkan 1-2 m dari tempat bahan sarang dengan kedalaman 10 -15 cm
dari permukaan air. Sarang dipasang mendatar sejajar dengan permukaan
air dan menghadap ke arah tempat bahan sarang.
Tempat bahan
sarang diletakkan di permukaan air dapat berupa anyaman kasar dari
bambu atau bahan lainnya diatur sedemikian rupa sehingga induk ikan
mudah mengambil sabut kelapa/ijuk untuk membuat sarang. Pembuatan
sarang dapat berlangsung selama 1 sampai dengan 2 minggu bergantung pada
kondisi induk dan lingkungannya.
Pemeriksaan
sarang yang sudah berisi telur dapat dilakukan dengan cara meraba dan
menggoyangkan sarang secara perlahan atau dengan menusuk sarang
menggunakan lidi/kawat dan menggoyangkannya. Sarang yang sudah berisi
telur ditandai dengan keluarnya minyak/telur dari sarang ke permukaan
air.
Sarang yang
sudah berisi telur diangkat. Telur dipisahkan dari sarang dengan cara
membuka sarang secara hati-hati. Karena mengandung minyak, telur akan
mengambang di permukaan air. Telur yang baik berwarna kuning bening
sedangkan telur berwarna kuning keruh dipisahkan dan dibuang karena
telur yang demikian tidak akan menetas. Minyak yang timbul dapat
dikurangi dengan cara diserap memakai kain.
Kualitas media pemijahan yang baik adalah suhu 25-30 oC, Nilai pH 6,5 – 8,0, laju pergantian air 10-15 % per hari dan ketinggian air kolam 40 – 60 cm.
b. Penetasan Telur
Padat tebar telur 4 sampai dengan 5 butir/cm2
dengan ketinggian air 15 – 20 cm. Kepadatan dihitung per satuan luas
permukaan wadah sesuai dengan sifat telur yang mengambang. Untuk
mempertahankan kandungan oksigen terlarut, di dalam media penetasan
perlu ditambahkan aerasi kecil tetapi harus dijaga agar telur tidak
teraduk. Kualitas air media penetasan yang baik adalah suhu 29 – 30 oC,
nilai pH 6,7 – 8,6 dan bersumber dari air tanah. Bila air sumber
mengandung karbondioksida tinggi, nilai pH rendah atau mengandung bahan
logam (misalnya besi), sebaiknya air diendapkan dulu selama 24 jam.
Telur akan menetas setelah 36 – 48 jam.
c. Pemeliharaan Larva
Setelah
telur menetas, larva dapat terus dipelihara di corong penetasan/waskom
sampai umur 6 hari kemudian dipindahkan ke akuarium. Bila penetasan
dilakukan di akuarium, pemindahan larva tidak perlu dilakukan. Selama
pemeliharaan larva, penggantian air hanya perlu dilakukan untuk membuang
minyak bila minyak yang dihasilkan ketika penetasan cukup banyak.
Sedangkan bila larva sudah diberi makan, penggantian air dapat
disesuaikan dengan kondisi air yaitu bila sudah banyak kotoran dari sisa
pakan dan “ Faeces “.
Pemeliharaan
larva di akuarium dilakukan dengan padat tebar 15 – 20 ekor/liter.
Pakan mulai diberikan pada saat larva berumur 5 sampai dengan 6 hari
berupa cacing Tubifex, Artemia, Moina atau Daphnia yang disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Kualitas air sebaiknya dipertahankan pada tingkat suhu 29- 30 o C, nilai pH 6,5 – 8,0 dan ketinggian air 15 – 20 cm.
d. Pendederan I, II, III, IV dan V
Pemeliharaan
benih pada pendederan I sampai dengan V dapat dilakukan di akuarium
atau kolam. Di akuarium dilakukan sama seperti halnya pemelihaaran
larva tetapi perlu dilakukan penjarangan. Sedangkan di kolam perlu
dilakukan kegiatan persiapan kolam yang meliputi pengolahan tanah dasar
kolam, pengeringan, pengapuran, pemupukan, pengisian air dan
pengkondisian air kolam. Pengolahan tanah dasar kolam dapat berupa
pembajakan, peneplokan dan perbaikan pematang kolam. Pengeringan
dilakukan selama 2 – 5 hari (tergantung cuaca).
Tingkat Pemeliharaan Produksi Ikan Gurami
No | Standar | Satuan | PI | PII | PIII | PIV | PV |
1
|
Padat Tebar | Ekor/M2 | 100 | 80 | 60 | 45 | 30 |
2
|
Ukuran Benih | Cm | 1,00 | 2,0 | 4 | 6 | 8 |
3
|
Pakan | % BB | 20 | 20 | 10 | 5 | 4 |
|
Kali/Hari | 2 | 2 | 3 | 3 | 3 | |
4
|
Waktu Pemeliharaan | Hari | 20 | 30 | 40 | 40 | 40 |
5
|
Sintasan | % | 60 | 60 | 70 | 80 | 80 |
e. Penyakit
Bila
teridentifikasi ikan terserang parasit pengobatan dapat dilakukan dengan
pemberian garam 500 – 1000 mg/l dengan cara perendaman selama 24 jam.
Sedangkan bila teridentifikasi terserang bakteri pengobatan dapat
dilakukan dengan pemberian oksitetrasiklin dengan dosis 5 -10 mg/l
secara perendaman selama 24 jam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar