Sabtu, 01 September 2012

Obat Dan Dosis ikan hias

Pengobatan Lewat Mulut

Pengobatan lewat mulut dilakukan dengan mencampurkan obat pada makanan koi. Cara ini dilakukan terhadap koi yang terserang bakteri ataupun karena kekurangan gizi. Obat-obatan yang diguna-kan pun sesuai dengan kepentingannya seperti obat penambah gizi, cairan sulfa, zat antibiotik, dan lain sebagainya.

Obat yang berbentuk serbuk biasanya dilarutkan dulu dengan air bam dicampurkan dalam makanan. Demikian juga obat yang berbentuk cair biasanya dicampur air dulu untuk mengencerkan-nya, sehingga merata ketika dicampurkan dengan makanan.

Operasi

Cara pengobatan yang jarang dilakukan di Indonesia, karena tidak adanya jaminan koi bakal tetap selamat setelah operasi selesai.

Sekadar sebagai ca-tatan bahwa operasi sering dilakukan ketika koi ter-serang tumor pada organ reproduksinya.

Hidrogen Peroksida

Larutan jernih ini sepintas mirip air,  dengan rumus kimia yang nyaris serupa H2O2.  Meskipun demikian jangan coba-coba untuk mengkonsumsinya.  Bahan ini merupakan oksidator kuat. Hidrogen peroksida akan terurai menjadi dua produk yang aman yaitu, air dan oksigen. Bahan ini kerap digunakan dalam dunia kesehatan sebagai disinfektan (pembunuh kuman) karena tidak meninggalkan residu yang berbahaya. Bahan inipun digunakan pula sebagai antiseptik pada akuarium.

Hidrogen peroksida bisa pula digunakan sebagai catu oksigen dalam akuarium untuk mengatasi kondisi kekurangan oksigen yang terjadi.  Sebuah produk peralatan akuarium malah membuat catu oksigen dengan bahan baku hidrogen perosidan ini dengan sangat baik, sehingga oksigen dapat disuplai tanpa menggunakan listrik.

Beberapa penggunaan hidrogen peroksida dalam akuarium:

Sebagai anti protozoa:

Diberikan sebagai perlakuan perendaman dalam jangka pendek. Dosisi yang digunakan adalah 10 ml larutan dengan konsenrasi 3 % (teknis) dalam 1 liter air.  Perendaman dilakukan selama maksimum 5-10 menit.  Perendaman harus dihentikan apabila ikan menunjukkan gejala stress. 

Untuk memulihkan kondisi kekurangan oksigen:

Dosis yang digunakan 1-2 ml larutan dengan konsentrasi 3% dalam 10 liter air akuarium. Dosis harus dijaga agar jangan sampai kelebihan. Kelebihan dosis akan membuat ikan menjadi stress dan bisa membahayakan kehidupan ikan yang bersangkutan.

Sebelum diberikan dianjurkan untuk mengencerkan terlebih dahulu hidrogen perioksida tersebut, setidaknya dengan perbandingan 1: 10 (satu bagian bahan dengan 10 bagidan air). Setelah itu baru dimasukan kedalam akuarium. Pastikan pula bahwa larutan ini dapat segera tercampur dengan baik segera setelah dimasukan kedalam akuarium.

Perlu diperhatikan perlakuan ini hanya dianjurkan pada kondisi darurat saja.  Oleh karena itu, apabila kondisi kekurangan oksigen terjadi, perlu dicari penyebab sebenarnya agar dapat diatasi dengan lebih baik.

Suntikan

Seperti yang sudah. kita bayangkan, suntikan biasanya dipakai untuk mengobati bagian dalam tubuh koi. Penyakit karena bakteri menuntut kita untuk melakukan pengobatan dengan cara ini. Pe-nyuntikan bisa dilakukan dengan dua cara yang ber-beda yaitu penyuntikan lewat otot (daging) dikenal sebagai intramuscular dan penyuntikan lewat perut
atau intraperitoneal.

Penyuntikan intramuscular dilakukan pada otot di bawah sirip dada atau di samping anus, sedangkan penyuntikan intraperitoneal dilakukan pada daerah perut hingga tembus, tapi tidak sampai melukai organ dalam koi. Ada lagi sistem penyuntikan yang jarang dipraktekkan yaitu penyuntikan lewat sirip, dan biasanya sirip ekor yang dipilih.

Pengolesan
Cara olesan umumnya dipakai untuk mengobati penyakit yang menyerang tubuh bagian luar koi.

Cara ini bisa dilakukan dengan menggunakan kapas bersih dan obat yang bisa digunakan seperti obat merah, atau Yodium tinctuur. Luka yang disebabkan karena kita mencabut Lernaea (cacing jangkar) atau kutu ikan bisa diobati dengan cara ini.

Formalin


(HCHO dan CH3OH dalam air) Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 37-40% dari formaldehid. Bahan ini biasanya digunakan sebagai antiseptic, germisida, dan pengawet. Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir. Meskipun demikian, bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas amannya sangat rendah, sehinggga terkadang ikan yang diobati malah mati akibat formalin daripada akibat penyakitnya. Formalin, meskipun masih dipakai secara luas dalam akurkulutur dan lingkungan kolam tertentu, pada saat ini sudah jarang digunakan dalam akuarium. Saat ini, formalin lebih banyak digunakan dalam pengawetan specimen ikan untuk keperluan identifikasi. (Ikan yang akan diawetkan harus melalui proses euthanasia yang hewani terlebih dahulu, kecuali apabila ikan tersebut telah mati sebelumnya). Untuk pengawetan biasanya digunakan formalin dengan konsentrasi 10%.

Penggunaan

Untuk penggunaan jangka panjang (beberapa hari) atau jangka pendek (10 - 30 menit). Formalin dapat mengganggu filter biologi, oleh karena itu, perlakuan sebaiknya dilakukan di akuarium khusus. Keuntungan dengan perlakuan terpisah ini adalah apabila ikan mengalami stres pada saat diperlakukan, ikan tersebut dapat segera dikembalikan pada akuarium utama.
Dosis

Dosis penggunaan formalin bervariasi tergantung pada spesies ikannya. Setiap spesies akan memiliki toleransi berbeda terhadap formalin. Dengan demikian dosis yang dicantumkan pada artikel ini bukan merupakan jaminan, tetapi merupakan kriteria rata-rata. Yang perlu diperhatikan adalah: penggunaan formalin dalam perlakuan jangka pendek harus diawasi dengan ketat. Dan perlakuan harus segera dihentikan apabila ikan mulai menunjukkan gejala stres seperti nafas tersengal-sengal (megap-megap) atau meloncat (ingin keluar dari akuarium)

Untuk perlakuan jangka panjang, seperti untuk pengobatan akibat infestasi ektoparasit kecil penyebab kulit berlendir adalah 0.15 -0.25 ml produk komersial (37-40%) per 10 liter air. Setelah 2 - 3 hari, kembalikan ikan pada akuarium semula. Apabila perlakuan dilakukan pada akuarium utama (jangan lupa by pass filter biologi), maka lakukan penggantian air sebanyak 30%.

Untuk perlakuan jangka pendek, seperti untuk pengobatan akibat infestasi ektoparasi besar penyebab fluke, dosisnya adalah 2 ml produk komersial per 10 liter air. Siapkan campuran terlebih dahulu sebelum ikan dimasukkan. lakukan perendaman selama maksimal 30 menit, atau bahkan kurang apabila ikan segera menunjukkan gejala stres.

Peringatan

Formalin sangat berbahaya apabila terkena kulit atau mata. Apabila hal ini terjadi segeralah cuci dengan air yang banyak. Bahan ini juga dapat menghasilkan uap beracun, oleh karena itu jangan biarkan botol formalin terbuka di ruang tertutup. Simpan formalin dalam botol berwarna gelap dan hindarkan dari cahaya, kalau tidak maka akan dapat terbentuk paraformaldehid (berupa endapan putih) yang sangat beracun bagi ikan, bahkan dalam konsentrasi yang sangat rendah. Selain itu, formalin dapat bersifat ekspolif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar